Program Pompanisasi Jawa Barat Lampaui Target Irjen Kementan: Kerja Bersama yang Patut Disyukuri

JAKARTA - Kementerian Pertanian melalui program modernisasi alat dan mesin pertanian (Alsintan) terus berupaya melakukan peningkatan produktivitas pertanian di seluruh Indonesia termasuk di Provinsi Jawa Barat. 

Berdasarkan data Kementan, program pompanisasi di Provinsi Jawa Barat telah melampaui target yang berhasil mencapai 115.230 hektar dari target awal sebesar 114.180 hektar atau setara dengan 100,91%. 

Inspektur Jenderal (Irjen) Kementerian Pertanian (Kementan) Setyo Budiyanto mengatakan capaian target tersebut merupakan kerja keras semua pihak yang patut disyukuri. Hal ini menandakan optimalisasi dilaksanakan dengan baik dalam meningkatkan produktivitas pertanian. 

"Kita patut syukri dan apresiasi kepada semua pihak yang telah bekerja keras dan bekerja sama untuk keberhasilan program modernisasi alsintan khususnya di Provisni Jawa Barat. Baik di level Kementerian, Pemerintah Provinsi, Perintah Kabupaten, para penyuluh dan juga para petani itu sendiri yang cukup antusias dalam memanfaatkan bantuan alsintan," ujar Setyo dalam keterangannya dikutip, Senin, 16 September 2024. 

Saat ini kata Setyo, data pemantauan alsintan yang disalurkan dan telah dimanfaatkan dengan baik, capainya sampai 85%. Adapun 15% yang belum dimanfaatkan akan dilakukan mitigasi sehingga dapat diambil langkah yang efektif.  

"Bila bantuan alsintan tidak dimanfaatkan karena kelompok sudah jenuh atau spesifikasi alsintan yang kurang sesuai, nanti dapat direlokasi pada kelompok yang lebih membutuhkan," ujarnya. 

Berdasarkan data Kementan, dari total 9.031 unit pompa yang diusulkan untuk Provinsi Jawa Barat, sebanyak 8.181 unit telah berhasil diterima. Unit tersebut didistribusikan ke berbagai pihak, dengan rincian 4.398 unit diterima oleh Poktan/Gapoktan/UPJA dan 3.783 unit disalurkan kepada Brigade TNI. 

Dari jumlah tersebut, sebanyak 6.922 unit telah dimanfaatkan secara efektif, dengan rincian 3.186 unit dimanfaatkan oleh Poktan/Gapoktan/UPJA dan 3.736 unit oleh Brigade TNI. 

Sementara itu, untuk program irigasi perpompaan, sebanyak 724 unit pompa beserta konstruksinya telah terealisasi, namun baru 217 unit yang telah dimanfaatkan secara optimal. Hal ini menjadi perhatian khusus untuk memaksimalkan manfaat pompa dalam mendukung aktivitas irigasi di sektor pertanian.

"Ini menjadi catatan penting bagi kami, juga Direktorat Irigasi Peratanian. Penyebabnya tentu beragam, seperti debit air yang masih kurang, belum memasuki jadwal tanam sehingga pompa belum dimanfaatkan atau kendalateknis lainnya seperti terbatasnya bahan bakar atau pekerjaan konstruksi yang terkendala," ucap Setyo yang juga Penangungjawab (Pj) Satgas Antisipasi Darurat Pangan Provinsi Jawa Barat tersebut.

"Kami, dibantu dengan TNI/Polri dan Penyuluh Pertanian terus melakukan identifikasi dan menyelesaikan persoalan terkait dengan pemanfatan irigasi perpompaan. Juga terus berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) untuk mengidentifikasi saluran-saluran air yang bermasalah dan membuat skala prioritas untuk saluran yang dapat segera diperbaiki," lanjutnya.

Adapun untuk kelompok tani penerima bantuan irigasi perpompaan yang konstruksinya telah selesai 100% namun mesin pompa belum diterima, Setyo menyarankan untuk dapat meminjam pompa dari brigade baik Kodim atau Dinas setempat sehingga irigasi pompa dapat segera dimanfaatkan sesuai dengan jadwal tanam masing-masing kelompok. 

"Prinsipnya, jangan sampai ada kesempatan tanam terlewatkan begitu saja, hanya karena kendala teknis yang sebenarnya dapat diatasi," tambahnya.

Kendala Luasan Padi Gogo

Setyo mengungkapkan, saat ini upaya perluasan padi gogo masih belum maksimal. Salah satu kendalanya adalah ketersediaan benih yang sangat terbatas. Selain itu, curah hujan belum merata  belum mendukung untuk memulai tanam padi lahan kering. 

"Namun demikian kami terus mendorong petani untuk dapat memanfaatkan momentum tanam sebaik mungkin, dengan menggunakan benih padi gogo lokal yang adaptif di wilayahnya. Kami juga terus berkoordinasi dengan Direktorat Perbenihan dalam rangka mengidentifikasi ketersediaan benih padi gogo dan melakukan upaya lainnya untuk mempercepat realisasi tanam," ucapnya.

 Setyo berujar bahwa persoalan pertanian tidak hanya dapat diselesaikan oleh Kementerian Pertanian saja melainkan semua pihak harus ikut terlibat. Dia pun berharap semua ikut turun dalam pembangunan pertanian termasuk masyarakat secara umum.

"Kepada semua pihak mari kita ambil peran masing-masing, agar kita bisa memanfaatkan dengan baik, bisa menjaga dan memelihara semua sarana dan prasarana yang pemerintahyang di distribusikan kepada petani. Swasembada pangan dan lumbung pangan dapat terealisasi dalam waktu yang tidak lama dan menjadi tanggung jawab kita bersama bahwa kebutuhan konsumsi seluruh masyarakat Indonesia yang berkisar 270 juta jiwa dapat terpenuhi dengan baik. Khusus bagi petani, yang menjadi ujung tombak pembangunan pertanian di Indonesia menjadi semakin sejahtera," tuturnya.